Jumat, 26 Februari 2016

Stigma Endosentris

Hujan kali ini mengarahkanku pada sebuah lamunan yang bahkan sebenarnya sudah tak layak untuk kuingat. Namun percuma,hujan terlalu deras sehingga setiap tetes yg turun tak lagi segan untuk menggenangi sisa serpihan hati yang tanpa ragu kau hancurkan. Bahkan bendungan yang telah dengan susah dan segala payahku tak mampu lagi menahannya. Meluap,mengalir dari hati melalui setiap nadi yang selalu bedetak dua kali lebih cepat ketika secara sengaja aku mengingatmu. Dan akhirnya meledak,mengalir setelah memecahkan benteng memory dari kelopak mata.

Dalam hujan,aku bermimpi akan teriknya matahari. Menyengat hati yang lengah ketika lelah. Membunuh setiap ranting yang tumbuh besar dalam angan yang tak pernah pasti. Membakar habis setiap sisa harapan yang bahkan telah mati. Benarkah engkau matahari yang singgah dalam logikaku?!

Sudahlah!! Mungkin hujan terlalu terlalu dingin mendekap pikiranku. Membawaku dalam lamunan panjang tentang bagaimana kau menyakitiku,tentang bagaimana caramu meninggalkanku tanpa permisi,juga tentang bagai mana kau datang untuk mengakhiri cerita cerita yang mulai kutulis dalam kertas putih dengan wajahmu sebagai background. Semua selesai,kertas putih telah terbakar tak bersisa dan wajahmu telah terbingkai kaca yang memelukmu erat.

Selamat malam,selamat menikmati hujan tentangku!!

Bandung, 26 Februari 2016

Vicky Fabian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar